Sekelumit Kisah Seseorang yang Pernah Ditolak Keluarga. Terima Kasih, Saya Lebih Kuat Karenanya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Setiap pasangan yang sudah menikah pasti akan sangan menatikan dan mengharapkan seorang buah hati.

 

Bayak hal yang dipersiapkan sejak bulan bulan dalam kandungan, lahir, perawatannya, pengasuhan, pendidikan, masa depan, dan masih banyak hal lain yang dilakukan dengan tujuan buah hati aman hingga dewasa. Bahkan ada juga orang tua yang masih ingin direpotkan anaknya walaupuan itu sudah dewasa dan itu lazim terjadi. Namun, jika buah hati itu datang tanpa diharapkan? direncanakan, atau dipersiapkan dengan baik? Apakah itu termasuk penyimpangan kehidupan?

Akhir-akhir ini ada banyak kasus tentang kehamilan tidak diinginkan, dimulai dari anak sekolahan hingga orang dewasa. Beberapa menyelesaikannya dengan aborsi, membuang bayi, menitipkan di panti asuhan atau di keluarga  atau jika  pasangannya mau bertanggung jawab maka dinikahkan. Sebab, ini sering terjadi sebagian orang hingga sebagian suku seperti…

“Membenarkan”, “tidak apa-apa asal ada yang mau bertanggung jawab, ada yang mau nikahi, atau ada yang biayai,”

 

 

Apakah mereka pernah berpikir bagaimana masa depan “rumah tangga dadakan” itu suatu hari setelah pernikahan? Bagaimana jika ada kekerasan?  Bagaimana jika adanya perselingkuhan? Bagaimana kondisi psikologi anak itu yang hidup dengan trauma penolakan sejak dari kandungan? Banyak penelitian bahwa kondisi ibu hamil juga berdampak pada psikologi bayi dalam kandungan. Jika kehamilan itu tidak direncanakan otomatis sejak awal pembuahan anak itu sudah mendapat penolakan. Baik dari orang tua yang mungkin belum siap, kelurga yang merasa dipermalukan, lingkungan yang memandang itu sebagai aib lalu bagaimana? Beruntung jika kehamilan itu dipertahankan. Bagaimana dengan mereka yang aborsi?

Saya adalah salah satu dari orang tidak beruntung itu, tapi saya bersyukur orangtua dan keluarga saya mau menerima saya. Meskipun selama itu tanpa disadari saya berjuang dengan perasaan penolakan seumur hidup. Beberapa perasaan seperti kesepian, sendiri, tidak berharga, tidak dianggap, tidak penting, tidak diperjuangkan, diabaikan, tidak diterima, takut kehilangan, takut ditolak dan masih banyak perasaan yang membuat pikiranku furstasi, amarah yang tidak jelas, hanya untuk mencari pengakuan, dan penerimaan dari orang orang terdekat.

Terkadang saya merasa seperti aib, anak haram, dan seperti menjadi monumen kegagalan terbesar dari orang tua saya dan ini membuat gambaran diri saya sangat rendah, tidak percaya diri, bergantung pada penilaian orang lain untuk menyenangkan semua orang, tidak menghargai diri saya sendiri munafik. Tapi, apakah saya meminta untuk hadir tanpa direncanakan atau diharapkan? Jika boleh memilih saya juga ingin lahir lewat proses yang benar, dinanti-nantikan dan diterima dengan sukacita. Faktanya tidak semua hal ada dalam kendali kita. Saya sempat konseling dan  perlahan mulai memahami semuanya dari berbagai sudut pandang. Saya belajar menerima dan mencintai semua bab dalam hidup cerita saya, termasuk menerima dan mencintai diri saya sendiri sebagai bagian karya Tuhan yang sempurna.

Tulisan ini hanya sebuah suara dari seorang anak yang berjuang seumur hidup dari rasa penolakan. Saya yakin setiap kita yang terlahir dengan ceritanya sendiri. Bukankah semesta sudah mengatur semuanya? Saat ini saya mewakili semua anak yang merasa tertolak, bahkan mereka yang tidak sadar akan rasa ini. Pesan dari saya berani akui setiap rasa yang muncul, pahami dari berbagai sudut pandang, terima dan syukuri, setidaknnya ada kesempatanmu untuk hidup hari ini dan cintailah hidupmu.

Terima kasih tak terhingga kepada para ibu yang sudah berjuang menahan segala rasa dan mengorbankan segala hal untuk tetap bertahan melahirkan kami. Kami tidak menyalahkanmu atas pilihanmu. Atas pilihan itu kami bangga karena ada wanita kuat yang tetap berdidi teguh dan mempertaruhkan hidupnya untuk menanggung setia resiko dari pilihannya.

Terima kasih juga untuk setiap Ayah yang mau menerima dan berani bertanggung jawab. Kelak, ini menjadi teladan bagi kami. Untuk beberapa ayah yang pergi dan meninggalkan anaknya sendiri. Semoga tidak lagi ada anak anak yang lahir dengan luka penolakan. Bagi setiap orang yang beruntung, bersyukurlah untuk setiap keadaanmu karena di luar sana ada bayak yang berjuang untuk diterima oleh dirinya sendiri, diterima oleh orang tuanya, diterima oleh keluarga dan lingkungannya.

Setiap penolakan yang memberi luka dalam dan bisa menciptakan pemberontak yang belum nampak namun beresiko. Tidak ada yang haus akan pengakuan, pujian pencari perhatian. Namun jauh dalam hati mereka hanya membutuhkan cinta dalam dosis besar untuk menerima dan mencintai diri sendiri. #astry

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kopi Sedjati

081223222985
[email protected]

QR Code

Kopi Sedjati
Coffee shop


Jalan Margacinta 91 Bandung
Telp. +6281223222985
Email :  [email protected]

Kopi Sedjati

We serve you perfect blend of Coffee!

User not found

Halo Kopi Sedjati

Tekan Menu Bawah/Atas untuk mengedit.

Yuk.. Bantu Teman Punya Website!

Syarat & Ketentuan berlaku.

promo

40% OFF

Transfer Bank ;

Bank Mandiri

No.Rek 162-00-8000008-0

An. Laode Muhamad Abdi

 

Kirim bukti transfer ke email :

[email protected]